-->
author

sticky

close
Kenapa Tayangan Infotainmen Di Haramkan

Kenapa Tayangan Infotainmen Di Haramkan

Tak ada stasiun televisi yang tak memiliki program infotainment. Program ini mengupas seputar kehidupan para selebritis dan publik figur Indonesia. Mulai dari perselingkuhan, perceraian, rebutan anak, pertengkaran keluarga, hingga pernikahan tersembunyi. Banyak keburukan para selebritis dan publik figur yang diungkap dalam acara ini.

Anehnya, rating program infotainment termasuk cukup tinggi dan banyak digemari oleh masyarakat dibanding acara lain. Tak heran bila Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan juga Nahdlatul Ulama (NU) yang oramas Islam terbesar di Indonesia, merasa gerah, sampai mengeluarkan fatwa bahwa tayangan infotainment itu haram.

Infotainmen Termasuk Ghibah Haram

Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Agiel Siradj, tanyangan infotainment tergolong perbuatan tercela karena menggunjingkan aib orang lain. Dalam Islam, menggunjing aib orang lain disebut ghibah.

Tayangan infotainment, menurut Said sangat memprihatinkan para ulama dan Kiai NU. Dalam setiap bahtsul masail yang diikutinya, mayoritas peserta cenderung menyetujui keharaman tayangan infotainment. Alasan pokoknya terletak pada materi tayangan yang menyajikan gosip-gosip pribadi dan mengaduk-aduk rahasia keluarga yang mengandung aib. Padahal itu tidak boleh diketahui oleh orang lain.

Tayangan infotainment tidak membawa manfaat bagi masyarakat. Bahkan justru sebaliknya, tayangan ini dapat mendatangkan kerugian terhadap individu atau keluarga yang digosipkan.

Keputusan NU mengharamkan tayangan infotainment telah disepakati dalam halakah di Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang. “Semua ulama berpendapat bulat, lebih banyak mudarat ketimbang manfaatnya. Apa gunanya omong rumah tangga orang? Toh agama juga melarang. Hanya untuk alasan kepentingan umum orang boleh membuka rahasia rumah tangga orang. Alasan keperntingan umum apa di tayangan infotainment? Tidak ada.

Sementara itu KH Ma’ruf Amin menegaskan bahwa bukan maksud NU untuk iseng dan usil mempersoalkan tayangan infotainment. Fatwa ini muncul karena banyaknya masyarakat yang bertanya mengenai hukum bagi mereka yang menyaksikan tayangan tersebut, memproduksinya, dan menyiarkannya.

Fatwa haram infotainment talah ditentukan oleh bahtsul masail diniyah waqi’iyah Munas Alim Ulama NU. Hasilnya, semua tayangan infotainment yang menarik minat banyak pemirsa karena menyangkut kehidupan para selebritis dikategorikan ghibah, bahkan terkadang mengarah pada upaya menyebar fitnah. Islam mengajarkan bahwa ghibah, apalagi fitnah, hukumnya haram.

Jadi, semua kegiatan terkait memproduksi, menayangkan, menyiarkan, menonton, atau mendengarkan acara infotainment seperti itu termasuk haram. Namun ada juga ghibah yang dibenarkan dalam Islam. Yaitu, ghibah yang bertujuan memberantas kemungkaran, memberi peringatan, menyampaikan pengaduan atau laporan, meminta bantuan, atau meminta fatwa hukum.

Ayat Larangan Menggunjing

Surat Al-Hujuraat ayat 12 “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Surat An-Nahl ayat 63 “Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.”

Surat Fathir ayat 8 “Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Pelajaran Dari Umar

Pada suatu hari di masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA, sang Khalifah sedang ronda malam bersama Abdullah bin Mas’ud di sebuah desa terpencil. Umar menyelinap ke rumah salah seorang warga desa tersebut yang telah berusia lanjut dan mengintip apa gerangan yang diperbuat orang tua itu. Terkejutlah ia ketika mendapati orang tua itu tengah duduk santai, dihadapannya ada cawan minuman dan seorang perempuan yang sedang bernyanyi.

Tanpa pikir panjang, Umar pun menyelinap masuk dan menghardik orang tua itu. “Belum pernah aku melihat pemandangan seburuk yang aku lihat mala mini. Seorang tua yang menanti ajalnya, wahai musuh Allah, apakah kamu mengira Allah akan menutup aibmu padahal kamu berbuat maksiat.”

Orang tua pun menjawab, “Janganlah tergesa-gesa ya Amiril Mukminin. Saya hanya berbuat maksiat sekali. Anda menentang Allah sampai tiga kali. Bukankan Allah berfirman, ‘Janganlah mengintip keburukan orang lain (tajasus),’ tapi Anda malah mengintip saya. ‘Masuklah ke rumah-rumah dari pintunya,’ tapi Anda malah menyelinap masuk tanpa ijin. ‘Jangan engkau masuk rumah yang bukan rumahmu sebelum mangucapkan salam,’ tapi engkau malah langsung menghardikku.”

Umar pun berkata, “Kamu benar.” Lalu pergi meninggalkan orang tua itu.

Setelah kejadian tersebut, orang tua itu tak pernah lagi menghadiri majelis Umar. Suatu hari, orang tua itu datang seakan-akan mau bersembunyi daro pandangan Umar. Tapi Umar melihatnya dan memanggilnya untuk mendekat.

“Dekatkan telingamu padaku,” suruh Umar. Setelah dekat, Umar berbisik kepadanya, “Demi yang telah mengutus Muhammad dengan haq sebagai Rasul, seorang pu tak akan kuberitahukan apa yang telah aku saksikan pada dirimu. Begitu pula Ibnu Mas’ud yang ada bersamaku.”

“Ya Amiril Mukminin, begitu juga saya. Demi yang mengutus Muhammad dengan haq sebagai Rasul, saya tak perbah kembali pada perbuatan itu sampai aku datang ke majelis ini,” jawab orang tua.

Mendengar ucapan sang orang tua, kontan Umar bertakbir dengan keras. Orang yang ada disekelilingnya tak tahu mengapa Umar bertakbir keras.

Di hari yang lain, seorang lelaki datang kepada Umar. Lelaki itu menceritakan tentang seorang gadis, keponakannya, yang pernah berbuat dosa, lalu bertaubat. Saat gadis itu dilamar seseorang, laki-laki itu ragu-ragu apakah akan menceritakan masa lalu sang gadis yang buruk atau tidak.

Umar pun berkata, “Apakah kamu ingin membongkar apa yang telah Allah sembunyikan? Demi Allah, jika kamu memberitahukan keadaan dia kepada orang banyak, aku akan menghukum kamu sebagai pelajaran kepada semua penduduk kita. Nikahkanlah sebagai perempuan suci.”

Demikianlah Islam menjunjung tinggi kehormatan seseorang. Kesalahan yang dilakukan seseorang bukan menjadi alasan untuk menjerumuskannya dalam aib yang memalukan sehingga tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kesalahan tetap harus dijaga kerahasiaannya sehingga memungkinkan orang yang berbuat salah tersebut untuk memperbaikinya.

Previous
« Prev Post

adblock

Back Top