-->
author

sticky

close
Bagaimana Mengenalkan Jin Kepada Anak Agar Tidak Takut

Bagaimana Mengenalkan Jin Kepada Anak Agar Tidak Takut

Bagi seorang Muslim, mengimani hal ghaib itu adalah wajib. Namun, apakah hantu harus ditakuti? Bagaimana kita mengenalkan jin dan hantu kepada anak-anak agar tidak takut? Menurut Ust. Abu Aqila, pengarang buku Kesaksian Raja Jin dan Setan Siapa Takut? Ketakutan anak-anak pada jin dan hantu disebabkan kesalahan mengenalkan alam ghaib kepada mereka sejak awal. Cerita anak-anak selalu mengidentikkan setan dan hantu sebagai sesuatu yang menakutkan.

Lihat saja, dalam budaya Jawa kita mengenal istilah Gendruwo, Nyi Roro Kidul, Buto Ijo. Masyarakat Betawi mengenal Kolor Ijo, Pocong, dan Kuntilanak. Di Barat, ada juga hantu seperti Drakula, Kucing Hitam dan lain-lain.

Anak Agar Tidak Takut Jin Setan Dan Hantu

Padahal, Islam mengajarkan agar hantu-hantu itu tak boleh ditakuti. Bahkan harus dianggap sebagai musuh yang harus diperangi oleh manusia. Sebagaimana Allah berfirman: “Sesungguhnya setan itu musuhmu, karena setan itu hanya mengajak pada api neraka yang menyala-nyala.” (QS 35:6).

Nah, kalau manusia takut dengan hantu bagaimana bisa mereka dijadikan musuh. Jadi, mengenalkan setan sebagai sosok yang menakutkan merupakan pembodohan, karena mengerahkan manusia pada kemusyrikan, bahkan kekufuran kepada Allah SWT.

Segala pembicaraan yang berhubungan dengan sesuatu yang ghaib tidak mungkin dibenarkan kecuali ada dalilnya, baik al-Qur’an atau hadis shahih. Artinya, pernyataan siapa pun tentang keghaiban, jika hanya dilandaskan pada pengalaman atau apa yang dia lihat dengan kemampuan indera keenam, maka pernyataan itu tidak mungkin benar.

Sesuatu yang ghaib, tak mungkin bisa kita indera. Kalau bisa diindera berarti bukan ghaib. Maka, apa yang menjadi alasan mereka para jin dan hantu itu bertampang seram?

Satu-satunya jalan benat untuk mengetahui yang ghaib adalah wahyu Allah yang Maha Mengetahui, yang tampak atau yang ghaib, sebagaimana Allah berfirman: “Dia adalah Tuhan (Allah) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai.” (QS 26:27).

Lalu, bagaimana cara mengenalkan alam ghaib kepada anak-anak? Pertama, mulailah dengan cara mengenalkan Allah SWT terlebih dahulu. Terangkan kebenaran tentang Allah yang menciptakan seluruh alam (dari dalil kauniyah) bukan dari zat Allah.

Wujud dari kebesaran Allah SWT sebagai Pencipta seluruh alam dan seisinya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana Allah SWT menurunkan hujan sehingga tanaman tumbuh subur, Allah jualah yang menciptakan manusia dan menganugerahi rahim kepada para wanita agar janin dapat tumbuh di dalamnya.

Mengapa dimulai dengan kauniyah? Karena cara ini bisa dipahami dengan mudah oleh si anak. Tapi, kita menjelaskan dimulai dengan zat Allah, maka anak bisa terkecoh. Misalnya, anak akan berkata, “Allah itu maha pemurah, memberi makanan kepada kita, tapi mengapa permen ini saya dapat dari si anu?”

Kedua, kenalkan Allah melalui al-Qur’an. Kenalkan bahwa Allah memberi tugas kepada para malaikat, manusia, dan jin. Allah menciptakan surga dan nerak, menentukan kelahiran dan kematian seseorang, dan lain sebagainya. Usaha seperti ini biasa disebut dengan aqidah tauhid dalam rangka menanamkan keimanan seseorang kepada Allah SWT.

Lalu, ketiga, baru kenalkan apa itu jin dan setan. Dalam Islam setan itu bukan nama makhluk tapi sifat jahat yang tersembunyi dalam diri jin dan manusia, sebagaimana Allah berfirman, “Dari kejahatan setan yang tersembunyi yang membisikan kejahatan ke dalam dada jin dan manusia.” (QS 114:5-6). Sedangkan makhluk pertama yang menjadi setan adalah iblis karena kesombongan dan pembangkangannya kepada Allah SWT.

Sedangkan jin adalah makhluk ghaib yang juga memiliki kewajiban sama dengan manusia, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Singkatnya, manusia dan jin bisa menjadi setan kalau dia bersifat jahat, ingkar kepadan  Allah, dan berbuat maksiat.

Ajarkan anak-anak bahwa setan bukan hal yang menakutkan tapi harus diperangi. Misalnya, jika anak-anak malas belajar, orang tua bisa berkata, “Belajar itu kewajiban. Barang siapa malas belajar akan menjadi setan. Yang malas shalat juga menjadi setan. Atau, yang enggak taat sama orang tua adalah setan.” Lebih jauh, kuta juga bisa mengatakan bahwa setan itu adalah koruptor, perampok, pemakai narkoba dll.

Setan dari jenis jin pada dasarnya tidak bisa menampakkan diri. Sebab, makhluk ghaib ditakdirkan Allah dalam al-Qur’an bisa melihat manusia sementara manusia tak bisa melihat mereka. Kecuali jika mereka mengubah wujudnya menjadi makhluk lain. Maka, banyak ulama berpendapat barang siapa yang bukan Nabi lantas mengaku melihat jin dalam bentuk aslinya maka syahadatnya perlu dipertanyakan atau dia berbohong.

Penampakan jin dalam wujud yang lain sangat tergantung pada asumsi manusia terhadap jin itu sendiri. Penampakan itu akan muncul pada orang yang suka melamun, depresi, lemah iman, suka dukun, punya jimat, atau takut secara syar’i kepada selain Allah.

Dicky Zaenal Arifin, ketua yayasan Hikmatul Iman Indonesia menyatakan, gangguan setan dari bangsa jin dalam wujud penampakan, fisik, penyimpangan-penyimpangan hukum alam, konspirasi sihir dengan manusia, tak lain adalah upaya setan membuat manusia percaya akan kekuatannya. Setelah percaya, mereka akan takut kepadanya, lalu memohon bantuan atau perlindungan sesuai dengan cara-cara yang dimintanya.

Akibatnya, seperti firman Allah SWT, “Bahwasanya ada beberapa laki-laki di antara manusia meminta kepada beberapa laki-laki di antara jin, mak jin-jin itu menambahkan bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS 26: 6).

Previous
« Prev Post

adblock

Back Top