Anda pasti mengenal tempe. Makanan khas Indonesia hasil fermentasi kedelai dengan Rhizopus oligosporus itu memang murah dan meriah. Murah karena harganya terjangkau, meriah karena rasanya enak. Namun jangan anggap nilai gizi tempe juga “murah meriah”. Berbagai penelitian menemukan adanya senyawa-senyawa aktif dalam tempe yang bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Selain itu, berbagai bahan yang ada dalam tempe mempunyai fungsi obat. Misalnya, menyembuhkan infeksi (antibiotika) dan mencegah penyakit degeneratif (antioksidan), seperti kanker, jantung koroner, diabetes mellitus, dan lain sebagainya.
Zat-zat aktif pada tempe juga bisa melawan radikal bebas sehingga dapat mencegah penuaan dini. Tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare.
Dibanding kedelai murni, tempe memiliki lebih banyak kelebihan. Dari segi komposisi gizi, kadar protein, lemak, dan karbohidrat yang terkandung dalam tempe memang tak banyak berubah. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan kapang tempe, maka karbohidrat, lemak dan protein menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh. Karena itulah tempe baik diberikan kepada segala usia, mulai dari bayi hingga lansia.
Bukti bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna dibanding kedelai murni telah dibuktikan dengan memberikan jenis makanan ini kepada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Ternyata, setelah diberikan tempe, berat badan penderita gizi buruk relatif lebih meningkat dan diare menjadi sembuh.
Bila tempe disajikan bersama-sama nasi, jagung, atau tiwul, maka mutu gizinya akan bertambah. Penelitian menunjukkan sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 gram nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3 juga sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
Tempe Sumber Vitamin B
Beberapa literatur menyebutkan tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin B yang terkandung dalam tempe antara lain B1, B2, B6, dan B12.
Khusus untuk vitamin B12, selama proses fermentasi, aktivitasnya meningkat sampai 33 kali lipat. Ini merupakan hal yang luar biasa. Kenaikan yang sangat menyolok ini menjadikan tempe sebagai satu-satunya sumber vitamin B12 potensial dari bahan pangan nabati. Menariknya lagi, vitamin B12 yang terdapat pada tempe bukan diproduksi oleh kapang tempe, tetapi diproduksi oleh bakteri kontaminan, seperti bakteri Klebsiella pneumonia dan Citrobacter freundil.
Umumnya, vitamin B12 terdapat pada daging. Jarang sekali ditemukan pada makanan nabati. Ditemukannya vitamin B12 dalam jumlah besar pada tempe menyebabkan makanan tradisional Indonesia ini kerap disejajarkan dengan daging.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang setiap hari. Jadi, dengan mengonsumsi tempe seseorang tak perlu lagi mengonsumsi daging
. Tentu saja ini berita baik buat para vegetarian. Mereka tidak perlu merasa khawatir kekurangan vitamin B12.
Vitamin B12 sangat diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah. Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan penyakit anemia pernisiosa. Gejala yang ditimbulkan dari gangguan ini adalah pucat, sakit perut, dan berat badan menurun
.
Tempe bukan saja sebagai sumber protein, tetapi juga mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol.
Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, seng) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh. Jumlah mineral zat besi tembaga, dan seng berturut-turut adalah 9.39, 2.87, dan 8.05 mg setiaap 100 gram tempe.
Dengan mengonsumsi tempe secara teratur akan menghindarkan seseorang dari anemia akibat kekurangan zat gizi besi. Jadi, jangan remehkan tempe!
« Prev Post
Next Post »