-->
author

sticky

close
Pentingnya 3K Untuk Kelangsungan Hidup Perusahaan

Pentingnya 3K Untuk Kelangsungan Hidup Perusahaan

Pentingnya 3K untuk kelangsungan hidup perusahaan - Banyak perusahaan yang tergelincir karena melupakan tiga hal dalam seni mengelola perusahaan yaitu komitmen, konsistensi, dan konsekuen. Hal ini bisa kita lihat dalam banyak kasus diversifikasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Diversifikasi adalah ibarat pisau bermata dua yang kalau salah menerapkannya bisa menjadi bumerang. Diversifikasi yang dilakukan tanpa perencanaan matang sering berbuah kegagalan dan malah tragisnya berujung kebangkrutan dengan menyeret perusahaan induk ke jurang krisis berkepanjangan.

faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan

Ada tiga jenis diversifikasi. Pertama, diversifikasi konsertrik. Yaitu, usaha menambah produk baru yang mempunyai sinergi teknologi atau sinergi pemasaran dengan garis produk (product line) yang ada. Kedua, diversifikasi horizontal. Ini adalah usaha menambah produk-produk baru yang dapat menarik para konsumen meskipun produk tersebut tidak mempunyai hubungan dengan garis produk yang ada. Ketiga, diversifikasi konglomerat. Yaitu, usaha menambah produk baru untuk keuntungan kelompok dan tidak mempunyai hubungan apapun dengan produk yang ada, baik secara sinergi, teknologi, maupun pasar (T Hani Handoko, 1999).

Banyak contoh yang membuktikan, jenis ketiga inilah yang biasa menjadi pilihan para pelaku ekonomi di saat era konglomerat berjaya, sebelum akhirnya tersungkur dilanda krisis dan akhirnya meninggalkan problem serius.

Problem moral (moral hazard) adalah masalah mendasar yang menjadi penyebab terjadinya krisis berkepanjangan dan terpuruknya dunia usaha kita. Sifat tamak dan serakah berlebihan menjadi praktik yang sering kita saksikan.

Pelaku usaha sering mengabaikan komitmen untuk apa sebenarnya perusahaan dibangun. Komitmen menyangkut masalah eksistensi, reputasi, dan daya tahan perusahaan. Hal ini juga menyangkut masalah mendasar lainnya yaitu visi dan misi yang jelas serta terukur. Tanpa visi, perusahaan akan kehilangan komitmen yang nantinya akan dengan mudah digulung oleh berbagai tawaran-tawaran jangka pendek yang meski pada awalnya terlihat menguntungkan tapi pada akhirnya akan melemahkan eksistensi perusahaan.

Dalam konteks yang lebih makro, kita bisa menganalogikan bahwa seorang pemimpin tanpa komitmen biasanya juga tidak akan memiliki wibawa dan malah sering kehilangan kepercayaan.

Syarat lainnya adalah konsistensi, berjalan lurus sesuai dengan aturan ada dan tidak plin-plan. Bahasa lainnya adalah taat azas atau istiqamah. Perusahaan harus konsisten pada jalur yang telah dipilih dan selalu berusaha untuk memegang prinsip-prinsip dasar berusaha seperti jujur, kerja keras, pantang menyerah, fair, dan berbagai sifat utama lainnya. Ini diaplikasikan secara konsisten sehingga memunculkan citrabahwa perusahaan tersebut adalah perusahaan yang konsisten. Hal ini juga berlaku dalam leadership.

Di balik perusahaan yang mempunyai konsistensi tentu ada personal-personal yang juga mempunyai kepribadian yang konsisten. Di tengah-tengah kondisi masyarakat saat ini, agak susah mencari pribadi-pribadi yang konsisten. Ada pemimpin yang konsisten ketika berjuang, tapi setelah menikmati hasilnya, ia menjadi pribadi yang rapuh dan susah diprediksi. Ini karena langkahnya yang tidak terkonsep dan terencana, hanya berdasarkan maunya saja. Begitu juga dengan perusahaan. Tanpa konsistensi biasanya perusahaan tidak akan berumur lama.

Hal lain yang tak kalah penting adalah konsekuen. Sikap konsekuen merupakan sikap mental dari hasil komitmen dan konsistensi. Konsekuen dengan seluruh pilihan dan siap menanggung akibatnya. Konsekuensi logis dari perusahaan yang matang, perencanaan yang serius, kerja keras, dan bersungguh-sungguh. Seorang yang konsekuen mempunyai akuntabilitas yang tinggi. Ia tidak segan-segan, misalnya, mengundurkan diri kalau tidak berhasil. Ini merupakan konsekuensi dari sebuah pilihan.

Ketika seluruh kemampuan telah dikerahkan dan doa-doa telah dipanjatkan, maka hasil akhirnya selalu mempunyai dua kemungkinan; berhasil atau gagal. Pemimpin atau manajer perusahaan seharusnya selalu siap denga semua konsekuensi yang mungkin terjadi.

Previous
« Prev Post

adblock

Back Top